Sabtu, 07 Mei 2016

Dari Balik Kaca Jendela (Episode #2)


Karya : Ipey
Butiran embun menetes perlahan dari ujung dedaunan, menyentuh  tanah basah siraman hujan tadi malam. Kabut tipis perlahan menepi ditiup semilir angin pagi, membuka jangkauan mata para pejalan kaki menuju tempat keinginanannya. Mentari pun tersenyum memberikan kehangatan pada rumput ilalang di pekarangan rumah seberang jalan, tak terkecuali burung-burung yang hinggap didahan pepohonan. Mereka saling berbagi sambil sesekali mengepakkan sayap, menyingkirkan kutu-kutu di tubuhnya. Nyanyian kehidupan sayup-sayup menyapa,  bangunkan mimpi mereka di lelap tidurnya. Jendela kamar satu persatu terbuka mempersilahkan udara segar memasuki ruang-ruang, menyentuh wajah-wajah penghirup kebebasan. Berpasang-pasang mata menatap masa depan dengan sejuta harapan tergenggam erat tak terlepaskan. Belenggu selimut ketidakpastian coba disingkirkan, ditepiskan untuk menjauh dari kesungguhan. Berpaling dari kemalasan, kebosanan dan keraguan demi sebutir rezeki dari kasih sayang-Nya.
Aroma mie instan dengan segelas teh hangat menjadi pembuka aktivitas lelaki di kamar kost-an pagi ini. Tanpa kopi hitam sebagai pengantar kepergiannya memegang janji semalam dengan sahabatnya, Rhaka mulai beranjak dari tempat menuju jalan raya. Berdiri sejenak mananti angkutan umum untuk mengantarnya ke tujuan. Dan lalu lintas kendaraan pagi itu cukup padat, memaksa tiap pengguna jalan raya bersabar mengantri ditiap lampu merah maupun di persimpangan jalan. Tak seperti biasanya, meski laju roda kendaraan tersendat keramaian, namun ia tak berhenti di pangkalan karena jok penumpang telah terisi sesuai kapasitas muatannya. Perlahan tapi pasti merayap menelusuri sela-sela kehangatan para pengemudi yang menepi di tujuan para pengguna jasa angkutan. Sesaat menjelang pertigaan jalan, Rhaka meminta pengemudi berhenti. Setelah memberikan ongkos, ia melangkah perlahan menelusuri trotoar jalan menuju tempat seperti yang telah dijanjikan. 
 
Yori melambaikan tangan sambil memanggil-manggil ketika Rhaka menebar pandangan matanya ke seputar taman. Merasa yakin sahabatnya berada disana, ia tak membuang waktu lagi, bergegas melangkah ke arah dimana Yori telah menunggunya disana.
“Yang lain belum pada datang Yor?”. Tanya Rhaka setelah menyalami sahabatnya. “Ada Rendy, tuh tadi pamit sebentar. Cari kopi dulu di seberang sana. Biar asyik ngobrol katanya”. Sahut Yori sambil mengarahkan telunjuknya ke seberang jalan, dimana Rendy tengah berjalan menuju kearahnya. Rhaka mengalihkan pandangan ke arah dimana ia dapat melihat Rendy berjalan santai dengan gelas plastik besar di tangan kanan, sementara tangan kirinya menenteng kantong plastik.
Yori segera menerima gelas berisi kopi dari sahabatnya. Setelah menyapa Rhaka dan menyalaminya, Rendy mengeluarkan dua buah gelas plastik dari bungkusan, kemudian menuangkan seduhan kopi ke masing-masing gelas.
“Ada surabi oncom nich masih hangat. Lumayan buat sarapan pagi sambil ngopi”. Celetuk Rendy sembari melahapnya.
        Rhaka membuang bungkusan plastik ke tong sampah tak jauh dari tempat mereka, setelah terlebih dahulu meneguk kopinya untuk terakhir kali. Awan putih diatas sana perlahan bergeser kemudian pergi menjauh ketika awan kelabu memaksa menggantikan tempatnya. Mendung pun merebak memberi suasana redup. Rhaka dan kedua sahabatnya tak menunggu lama untuk secepatnya beranjak mencari tempat bagi mereka melanjutkan perbincangan yang belum selesai. Mereka sepakat memilih tempat perbelanjaan tak jauh dari taman. Hanya tinggal jalan sedikit, kemudian meneyeberang jalan, sampailah mereka disana.
Rendy dan Rhaka menempati meja kosong di dekat halaman parkir, sementara Yori pergi mencari makanan dan minuman untuk mereka. Tak lama berselang mobil van hitam dengan kaca gelap berhenti diparkiran. Rendy mencolek tangan Rhaka sambil memberi isyarat akan kedatangan orang yang mereka tunggu sejak tadi pagi. Tiga orang berjalan menuju arah dimana Rhaka dan Rendy menunggu.
“Sory bro, aku datang agak terlambat. Jalanan tak bersahabat dengan rencana waktu kita pagi ini”. Sapa salah seorang diantara mereka. “Yup.., santai aja. Waktu kita masih panjang kok Ray”. Jawab Rhaka sembari menerima uluran tangan Aray untuk bersalaman. Rendy mempersilahkan kedua orang yang datang berbarengan dengan Aray untuk mengambil tempat kosong. Setelah saling berkenalan satu sama lainnya, Rendy meminta semua untuk menunggu Yori sejenak sebelum memulai pembicaraan. Sebagai pembuka perkenalan, mereka saling bertukar obrolan seputar hal-hal mengenai identitas mereka masing-masing. Aray beranjak dari tempat ketika Yori datang menghampiri. Aray memperkenalkan kedua temannya pada Yori, kemudian  setelah meminta waktu pada kedua temannya, ia mengajak Yori pergi sebentar.
        Tetes air hujan mulai menyirami pelataran parkiran ketika pembicaraan mereka mulai pada akhir kesimpulan.
“Jika sepakat dengan apa yang di sampaikan tadi, kami minta anda bersedia memberi dana operasional untuk keperluan persiapan rencana menjelang hari H. Jangan lupa juga dengan data-data yang kami butuhkan, untuk secepatnya dapat diterima”. Tegas Yori pada kedua orang dihadapannya. Tanpa menunggu lebih lama, salah satu dari kedua orang itu membuka resleting tas, kemudian mengeluarkan amplop disertai map berisi data-data yang diminta.
“Ini dana operasional dan juga data-data yang anda perlukan. Satu hari menjelang pelaksanaan kegiatan kami akan memberikan sisa dana yang telah kita sepakati bersama. Kami minta anda dapat memegang kespakatan ini dengan sebaik-baiknya. Dan satu hal lagi, tak ada pertemuan diantara kita hari ini!”. Jelas orang bertopi menuturkan perkataannya. Tanpa komando, Yori, Rhaka, Rendy dan Aray mengangguk pasti seraya berucap, “Oke!”. Setelah itu mereka bersalaman, kemudian mereka berdua pergi menuju mobilnya diparkiran, dan melaju perlahan meninggalkan tempat itu.        
           


                         

Tidak ada komentar: