Rabu, 04 Mei 2016

Cinta Ini Masih Ada (Bagian 5)


Karya : Ipey

Bagian Lima

         Yori tak menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambil peran dalam perlombaan memanjat yang dilaksanakan secara mendadak oleh beberapa Unit Kegiatan Mahasiswa. Momen seperti ini sangat penting untuk menjalin tali persatuan, menumbuhkan solidaritas diantara sesama mahasiswa, serta menjaga kondusifitas di lingkungan kampus. Organisasi KSM dan KMPA sebagai penggagas acara menyumbangkan beberapa souvenir sebagai hadiah bagi para peserta yang mengikuti perlombaan tersebut. Sementara Koperasi Mahasiswa sebagai salah satu sponsor pada acara itu memberikan hadiah selain uang tunai yang di bungkus amplop, juga menjanjikan beragam bingkisan menarik. Beberapa UKM lainnya turut membantu dengan memberikan hadiah berupa t-shirt, bandana dan berbagai aksesoris hasil kreativitas para anggotanya. Tiap peserta di berikan satu kesempatan untuk mendapatkan hadiah sesuai dengan tingkat ketinggian yang sanggup di capai oleh masing-masing peserta. Acara dadakan tersebut dilaksanakan sebagai bentuk ungkapan kegembiraan dan ucapan selamat atas suksesnya kegiatan pelantikan susulan anggota KMPA yang telah dilaksanakan beberapa waktu lalu. Masing-masing UKM diberikan dua kesempatan untuk mengirimkan dua orang anggotanya sebagai peserta lomba. Dan bagi mahasiswa lainnya yang berkeinginan untuk berpartisipasi dalam acara tersebut, hanya dengan mendaftar secara cuma-cuma pada panitia dadakan, telah dapat mengikuti perlombaan serta mendapat kesempatan untuk mengambil hadiah yang di tempel pada papan panjat, mulai dari papan terendah hingga papan paling atas.

Aray mempersilahkan para peserta satu persatu mengambil nomor undian di tempat yang telah disediakan panitia, setelah sebelumnya mendaftarkan diri. Arok dan Rendy mempersiapkan perlengkapan memanjat yang akan di gunakan oleh para peserta. Sementara Roy bertugas memberikan air mineral kemasan gelas pada para peserta yang telah mendapat nomor undian.
Di tangga menuju komawa II tampak Rhaka dan Lembayung menyaksikan kesibukan panitia sedang mengatur jalannya acara perlombaan, serta menonton para peserta yang kebagian giliran untuk menunjukkan kepampuannya di papan panjat. Ketidakterlibatan Rhaka dalam acara perlombaan memanjat bukan berarti ia tak merasa senang dengan kesuksesan organisasi KMPA melaksanakan program kegiatannya. Ia ingin memberi lebih banyak waktu pada Lembayung, wanita yang telah dengan tulus ikhlas membantu memulihkan kondisi tubuhnya dan menyemangati Rhaka sampai ia merasa lebih baik seperti yang ia rasakan pada saat ini. Kesabaranya merawat Rhaka di saat ia merasa kesakitan telah memberikan energi positif pada kehidupannya. Ia telah mengenal beberapa wanita sebelum bertemu dengan Lembayung. Tapi baru kali ini ia mendapatkan kesungguhan dari perhatian yang ia berikan padanya.
Acara lomba memanjat berhadiah telah usai dilaksanakan oleh panitia dadakan. Sebagian mahasiswa yang kebetulan memiliki jadwal perkuliahan bergegas menuju ruangan kelasnya masing-masing. Rendy dan Yori menghampiri Rhaka yang tengah duduk santai bersama Lembayung di dekat tangga. Senyum hangat dan tegur sapa mewarnai jalinan tali persahabatan diantara mereka. Awan di atas sana bergerak perlahan di tiup angin, berderet membentuk formasi bagai gumpalan kapas mengelilingi jagat raya. Cahaya matahari memantulkan sinarnya pada helai daun pepohonan di sekitar taman, berkilau laksana kepingan emas. Menari-nari tertiup hembusan angin, menebarkan keindahan maha karya sang pencipta. Papan panjat kini menyiratkan keheningan setelah ditinggal pergi para pendakinya. Yori membuka tutup kemasan air mineral yang sedari tadi berada di genggaman tangan dan meneguknya perlahan. Dari arah areal parkir halaman kampus, Aray, Arok dan Roy berjalan menghampiri tempat dimana Rendy dan sahabatnya berkumpul. Sebentar kemudian perbincangan pun menghiasi suasana keakraban diantara mereka. Detak-detak waktu menyimpan kalimat dari setiap kata demi kata yang terangkai bagaikan syair para pujangga di belahan dunia. Lukisan keceriaan terpancar dari pemilik dua pasang mata berukir lekukan senyum di bibir mereka , seakan kesedihan tak memliki ruang untuk bergabung bersamanya. Rhaka kini telah benar-benar merasa siap untuk memulai kembali kebersamaan, yang sempat tersendat karena terpaksa harus berdiam diri untuk memulihkan luka di tubuhnya, berperang dengan hatinya yang  masih menjerit dan meronta melawan kesakitan dalam batin yang senantiasa mengajaknya membalaskan dendam atas perlakuan yang diterimanya. Ia berterima kasih pada Lembayung yang telah dengan tulus serta ikhlas mentransformasikan energi positif padanya melalui belaian kasih sayang dan perhatiannya. Untaian kata-kata yang ia susun dan tanamkan dalam dirinya mampu menjadi embun penyejuk bagi jiwa yang bergejolak. Bersama Lembayung, Rhaka berjuang mengikis amarah untuk menaklukkan dendam serta rasa benci yang menggerogoti benak dan pikirannya, meski semua itu masih tersisa dan kembali bangkit dalam kehidupannya ketika secara tak sengaja bayangan peristiwa itu melintas kembali dalam benaknya. Cukup lama mereka berkumpul bersama, berbagi senyum dan tawa yang pernah menghilang dari pandangan, selama Rhaka bersembunyi di balik dinding ruang kamar, menghindar dari dunia luar untuk mencoba mentafakuri bagian dari pengalaman hidupnya di waktu yang lalu. Rhaka beranjak dari tempat dan berpamitan pada sahabat-sahabatnya untuk mengantar Lembayung pulang. Rendy mengabarkan pada Rhaka, bahwa mereka akan berada di kampus hingga esok pagi tiba. Rhaka mengerti arah pembicaraan Rendy, dan ia pun berjanji sepulang mengantar Lembayung ke tempat kostnya, Rhaka akan kembali dan bergabung dengan mereka.

Jam dinding di sekretariat KSM menunjukkan pukul 19.30 wib, hanya terpaut beberapa menit saja dengan jam yang menempel di dinding ruang sekretariat KMPA yang letak ruangannya bersebelahan dengan ruang sekretariat KSM. Ketika Rhaka tiba di halaman kampus, sahabatnya tengah duduk-duduk di teras aula depan sekretariat KSM bersama beberapa teman lainnya. Mengobrol sambil minum kopi, menikmati suasana malam yang ramah menyapa kebersamaan mereka saat itu. Langkah kaki Rhaka langsung tertuju pada sahabat-sahabatnya yang tengah berkumpul disana. Yori menyambut kedatangan Rhaka dengan mempersilahkannya untuk segera bergabung dengan mereka. Arok menuangkan kopi ke dalam gelas dan menyodorkan pada Rhaka. Yori memperkenalkan tim bentukannya yang telah berhasil menghimpun informasi mengenai aktivitas Rustam cs pada Rhaka, kemudian ia kembali melanjutkan pembicaraan yang sempat terhenti oleh kehadiran Rhaka di tengah-tengah mereka.
“Aku harus konsekuen dengan apa yang telah aku katakan. Maka dari itu aku tak akan melibatkan satu orang pun dari tim kita untuk melakukan kontak fisik dengan sasaran atau target kita. Biarkan orang-orang di luar sana yang menjalankan permainan ini tanpa harus mereka sadari, bahwa mereka merupakan bagian dari permainan kita. Perlu kalian ketahui bahwa inilah inti dari pembicaraan kita saat ini. Permainan ini akan berhasil hanya jika kita tak melibatkan diri untuk mengadakan kontak fisik dengan mereka secara langsung. Karena jika ada satu orang saja dari tim ini di ketahui pihak lain, maka permainan akan berantakan. Dan pada akhirnya kalian dapat menebak apa yang akan terjadi kemudian”.
Rhaka merasakan ada gelagat tak biasa dari apa yang di bicarakan Yori pada mereka yang hadir di sana. “sepertinya aku mencium sesuatu yang terbakar, dan nyala apinya terbawa hingga merembet ke luar sana. Tapi aku berharap semoga dugaanku keliru”.
Ternyata sindiran itu membuat Yori menghela napas. Ia mengambil asbak yang hampir penuh dengan puntung rokok, kemudian dengan satu gerakan saja apapun yang tersimpan dalam asbak berhamburan, menyebar di sekitar area aula tempat mereka berkumpul. Rhaka menarik napas panjang menatap isi asbak yang kini bertebaran di lantai aula. Ia mengambil puntung rokok yang dapat terjangkau oleh tangannya tanpa beranjak dari tempatnya semula, kemudian menyimpan kembali kedalam asbak.
“Aku berharap benih permusuhan yang mereka tebarkan tidak tumbuh berkembang menjadi kebencian dan rasa dendam yang tak kan berkesudahan. Pada awalnya aku mempunyai niat yang sama seperti yang kau inginkan saat ini Yor. Tapi setelah aku berpikir, sebaiknya aku mengubur keinginan untuk membalas perlakuan mereka. Aku sudah berjanji pada Lembayung untuk berusaha melupakan peristiwa yang telah menimpaku, dan aku tak ingin membuatnya kecewa. Kalian pasti tahu alasan mengapa aku berusaha memadamkan api yang masih berkobar ini. Ya, aku ingin menjaga hubungan baikku dengan Lembayung yang tengah aku jalin dengannya”. Rhaka mengungkapkan sesuatu yang ia pikir penting untuk di ketahui Yori dan  juga sahabat serta teman lainnya yang hadir di sana. Rendy menepuk bahu sahabatnya dan coba memberi penjelasan. Ia katakan pada sahabatnya bahwa apapun yang akan terjadi nanti, ia dan juga yang lainnya tak akan pernah menyebut nama sahabatnya andai sesuatu menimpa mereka.
“Percayalah Ka, aku tak akan melibatkanmu sekecil apapun dalam persoalan ini. Lagi pula Lembayung sampai hari ini tak mengetahui siapa yang membuatmu babak belur waktu itu, kecuali kau sendiri  yang memberi tahukan dia . Aku, Yori dan teman-teman lainnya melakukan ini semua demi persahabatan kita Ka, oke !”. Rendy menjabat tangan Rhaka dan menggenggamnya erat-erat. Rhaka mengangguk dan menepuk bahu Rendy. Ia beranjak dari tempatnya, di ikuti Rendy dan Yori. “Aku tak pernah ada dalam pertemuan malam ini dengan kalian. Dan untuk persoalan ini, aku tegaskan bahwa aku bukan bagian dari tim ini”. Rhaka berpesan pada sahabatnya, kemudian ia menyalami semua yang hadir di tempat itu dan berpamitan pada mereka sebelum melangkah pergi. Aray, Arok dan Roy mengikuti Rhaka berjalan sampai ke seberang jalan halaman kampus, menunggu angkutan yang akan mengantarkan ia ke tempat tujuan. Dari arah lampu merah angkutan kota yang dinantikan melaju perlahan menuju tempat dimana Rhaka dan ketiga sahabatnya berdiri menunggu. “Aku tak ingin mendengar ada anak KSM dalam pertemuan malam ini”. Ucap Rhaka sebelum berlalu dari hadapan mereka. Aray, Arok dan Roy mengangguk dan meminta Rhaka untuk tak mengkhawatirkannya. Angkutan kota yang di tumpangi Rhaka melaju perlahan dan menghilang di balik tikungan. Mereka melangkah melewati gerbang utama dan bergabung kembali bersama teman-teman lainnya. Perbincangan pun dilanjutkan sampai larut malam tiba. Ketika waktu telah menunjukkan pukul 03.00 wib, mereka membubarkan diri dan beristirahat untuk memejamkan mata di ruang sekretariat masing-masing hingga pagi menjelang.

Embun menetes dari ujung dedaunan, memberi  kesejukan pada suasana pagi  bertaburkan kabut tipis mengitari taman seputar kampus. Langkah-langkah kaki para pencari nafkah yang mengais rezeki di saat pagi tiba, menghiasi trotoar sepanjang jalan dengan berbagai aneka ragam barang bawaannya yang mereka pikul di pundaknya. Iring-iringan berseragam putih biru bercampur dengan barisan berseragam putih abu, berjalan  menuju jembatan dekat pasar bunga yang menawarkan beraneka ragam ucapan berbingkai keindahan alami. Berdiri menanti para pengemudi yang menawarkan jasa mengantarkan mereka ke tempat tujuan. Mentari menampakkan senyumnya pada belahan bumi yang mengharapkan kehangatan sentuhan sinarnya, selepas rembulan menemani malam di pelukan mimpi berselimut bintang-bintang.
Petugas keamanan kampus membuka pintu gerbang depan dan pintu masuk di belakang halaman kampus. Sementara para office boy sibuk dengan perlengkapannya membersihkan tempat sekitar kampus, mulai dari lantai dasar sampai lantai teratas. Menjangkau setiap sudut ruangan hingga nyaris tak tersisa noda yang menempel pada dinding dan kaca. Para penuntut ilmu mulai ramai berdatangan dari berbagai arah menuju ruang kelasnya masing-masing dengan berbagai harapan, demi mewujudkan cita-cita yang ingin diraihnya dimasa mendatang. Di tangga menuju aula berderet para penghuni sekretariat UKM, membuka obrolan pagi bersama teman-teman sambil minum kopi yang mereka seduh sendiri. Roy, Aray dan Arok yang telah terbangun sejak tadi pagi, merapikan tempat bekas tidur mereka semalam dan bergegas pulang untuk berganti pakaian. Rendy serta Yori mengemas beberapa barang ke dalam tas gendongnya dan bersiap melaksanakan aktivitas yang telah di bicarakan semalam bersama timnya. Hari ini akan menjadi hari yang panjang bagi mereka dan kawan - kawannya. Sesuai informasi yang telah di dapatkan, siang hari ini Rustam dan kawan-kawan akan berada di suatu tempat di luar kampus sana, untuk menguji keberuntungannya di hadapan mesin mickey mouse atau duduk manis di  depan layar monitor sebuah permainan UFO.
Suasana di jalan Dalam Kaum seperti biasa ramai oleh para pengunjung yang berdatangan dari berbagai pelosok. Para pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang emperan toko menawarkan beraneka ragam barang, mulai dari makanan ringan, minuman dingin, aksesoris hingga barang-barang bernilai seni hasil kreativitas sendiri. Rendy menyimpan sepeda motor di barisan ujung tempat parkir di depan toko yang menjual makanan produk luar negeri. Yori berjalan menuju tangga tempat hiburan yang biasa ia singgahi untuk bermain bilyard. Setelah menemui beberapa teman dan berbincang-bincang dengan mereka, Yori bergegas meninggalkan tempat tersebut menuju parkiran motor dimana Rendy menunggunya di sana. Sepeda motor melaju diantara para pejalan kaki yang hilir mudik di sepanjang jalan Dalam Kaum. Sementara Roy dan Arok ketika itu tengah berjalan melewati tempat hiburan yang menyediakan berbagai permainan, yang letaknya tak jauh dari perempatan lampu merah di kawasan jalan lengkong. Diantara sekian banyak Kendaraan roda empat yang berjejer di sekitar area permainan, Roy melihat sebuah mobil sedan Honda Accord berwarna abu-abu tua di parkir di seberang jalan mereka. Ciri-ciri kendaraan dan plat nomor polisi sesuai dengan informasi yang ia dapatkan dari kawan Yori. Setelah yakin mobil tersebut adalah kendaraan yang biasa di pergunakan Rustam dan kawan-kawan, mereka bergegas menuju tempat dimana Roy menyimpan sepeda motornya dan berlalu dari tempat itu.

Roy menyampaikan informasi yang mereka dapatkan pada Yori dan Aray yang stand by memantau perkembangan melalui handphone di genggamannya. Aray mengajak Yanuar mengikuti langkahnya berjalan meninggalkan pelataran Palaguna Dept Store menuju arah perempatan lampu merah di ujung jalan tersebut. Mereka berusaha untuk tidak melakukan gerakan mencurigakan ketika melintas di depan area permainan. Di tikungan lampu merah Yanuar dan Aray berpencar. Aray melanjutkan langkahnya menuju tempat parkir di pinggiran jalan untuk mengambil sepeda motor dan memacunya perlahan, meninggalkan Yanuar yang berjalan kembali menuju tempat dimana Rustam dan kawan-kawan tengah asyik bermain. Di dalam area permainan tampak Rustam dan kawan-kawan tengah berkonsentrasi pada layar monitor dihadapannya, dan sesekali melirik ke monitor yang di pasang di depan bagian atas untuk mengetahui bola berapa saja yang keluar. Mesin UFO terus berputar dan berhenti ketika satu bola terlempar keluar dari bagian tabung berbingkai kaca. Rustam dan kawan-kawan bersorak gembira manakala bola yang dipasang tepat mengenai sasaran. Tiba-tiba suasana menjadi tegang ketika mesin kembali mengaduk-aduk bola untuk mengeluarkan angka terakhir dari bagian tabung. Dan suasana mendadak riuh oleh sorak-sorai Rustam dan kawan-kawan. Ternyata bola terakhir yang keluar tepat dengan angka yang di pasang Rustam. Angka 12 yang tertera pada bola telah membuat Rustam dan kawan-kawan mabuk kemenangan. Special ball ia dapatkan, sekaligus dengan pasangan genap yang ia pilih dengan melipat gandakan taruhannya. Suasana itu telah memancing semua orang yang berada di dalam area permainan tersebut mendatangi meja Rustam dan kawan-kawan. Yanuar dengan spontan ikut mendatangi kerumunan tersebut. Dilihatnya Rustam dalam kerumunan itu. Setelah memperhatikan siapa saja kawan-kawan yang bersama Rustam yang ia kenali saat itu, Yanuar segera melangkah ke luar area permainan dan menunggu di halaman depan. Seorang kawan Rustam bergerak menuju tempat penukaran uang. Setelah menghitung jumlah tunai yang diterimanya ia menghampiri Rustam dan memberikan uang tersebut. Rustam memutuskan untuk mengakhiri permainan setelah dua kali mesin pengaduk bola tak memberi kemenangan serupa padanya. Ia bergegas mengajak kawan-kawannya untuk pergi meninggalkan tempat tersebut, setelah membayar beberapa botol bir yang ia pesan selama berada di meja permainan. Yanuar menginformasikan keadaan tersebut pada timnya sambil berjalan menjauh dari halaman area permainan.

Yori meminta Rendy untuk mampir ke tempat nongkrong temannya di kawasan lingkar selatan. Beberapa anggota club sepeda motor yang saat itu tengah memperbaiki kendaraan roda duanya membalas teguran Yori yang datang bersama Rendy. Seseorang yang mengetahui kedatangan Yori berjalan ke arahnya diikuti dua orang kawannya dari belakang. Yori menghampiri orang tersebut dan mengulurkan tangannya untuk bersalaman. Orang tersebut adalah Antonio, kawan satu sekolah Yori semasa di SMA dahulu. Sedari SMA Antonio memiliki kegemaran memodifikasi kendaraan roda dua dan mengadu kecepatan bersepeda motor di jalanan. Berawal dari kegemarannya itulah kini Antonio membuka bengkel sepeda motor. Modal perbengkelan didapat  dari hasil patungan dengan beberapa kawan yang memiliki hobi sama dengannya. Meski tak terlalu besar, dari bengkel itulah Antonio mencukupi kebutuhan hidup keluarganya. Antonio adalah salah satu kawan tempat Yori berbagi pemikiran mengenai seputar perkembangan situasi yang tengah berkembang selain kawan - kawan diskusinya di lingkungan kampus. Club sepeda motor yang ia rintis bersama beberapa kawannya telah memberikan ruang baginya untuk berkiprah dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Ia mencoba untuk memberi keseimbangan pada clubnya yang belum bisa melepaskan arena balapan liar. Apabila mereka berkumpul di suatu tempat dan bertemu dengan club sepeda motor lainnya, hampir dapat dipastikan tempat tersebut secara spontan akan menjadi ajang adu kecepatan bersepeda motor. Bahkan terkadang ketika anggota club berkumpul di suatu tempat yang memungkinkan untuk menguji kecepatan sepeda motor hasil modifikasinya, mereka akan beradu ketangkasan mengendarai sepeda motor dengan anggota clubnya sendiri. Tapi Antonio cukup sabar mengikuti perkembangan para anggota clubnya yang rata-rata masih berusia muda. Ia pikir tak akan semudah membalikkan telapak tangan untuk mengubah serta mengarahkan mereka pada kegiatan yang lebih dapat memberikan manfaat positif, sehingga mereka dapat meraih prestasi dan di akui kemampuannya pada tempat yang sesungguhnya. Dari mulai di deklarasikannya hingga kini, Yori tak berhenti memberikan motivasi pada Antonio untuk menyemangati club sepeda motornya. Ia berharap suatu saat clubnya berkembang ke arah event organizer yang akan menjadi salah satu media promosi industry otomotif di kotanya.  Perbincangan diantara dua teman lama yang jarang bertemu ini pun berlangsung penuh kehangatan. Di ujung perbincangannya, Antonio mengundang Yori untuk datang ke tempat dimana mereka akan berkumpul nanti malam di lapangan gazebo untuk sekedar mengakrabkan sesama anggota club. Yori tak begitu antusias menanggapi undangan dari Antonio. Kedatangannya ke tempat Antonio saat itu sebenarnya hanya untuk mencari informasi sekitar kegiatan club sepeda motor yang berada di kota kembang. Lebih detailnya ia ingin mengetahui keberadaan club sepeda motor  dimana Rustam dan kawan-kawan tergabung didalamnya. Tapi informasi tersebut tak berhasil ia dapatkan. Jangankan aktivitasnya, nama clubnya saja  Antonio tak pernah mendengar. Berarti club sepeda motor yang dibentuk Rustam adalah club baru di kota ini. Yori tak ingin melibatkan sahabatnya dalam permainan yang telah ia rancang bersama timnya. Tapi ia berjanji akan datang nanti malam ke tempat yang di sebutkan Antonio dengan alasan jika tak ada kegiatan organisasi di kampusnya. Selepas berpamitan pada Antonio dan kawan - kawannya, Yori mengajak Rendy bergegas pergi. Tujuan berikutnya menemui kawan - kawannya yang kemungkinan kini  sebagian dari mereka telah menunggu di satu tempat yang telah disepakati bersama.

Angin berhembus menerpa pepohonan di sekeliling lapangan Saparua yang sore itu terlihat agak lengang. Anak-anak yang biasa memainkan si kulit bundar sepulang sekolah kali ini tak nampak berlarian mengejar dan berebut bola bersama kawan - kawannya di lapangan. Gedung Olah Raga yang berdiri tegak, sepi tak berpengunjung karena mungkin tak ada kegiatan sama sekali di dalam sana. Hanya beberapa kelompok anak muda yang duduk-duduk di pinggir lapangan sambil mengobrol menikmati suasana sore hari. Aray, Arok dan Roy yang sudah cukup lama menunggu di tempat itu merasa gelisah, karena hingga saat ini kawan - kawannya belum juga datang. Dua Bungkus rokok yang tergeletak di hadapan mereka hanya tersisa beberapa batang saja. Air mineral yang Roy bawa pun kini telah raib dari kemasannya. Roy coba untuk menghubungi kawannya. Tapi hanya suara operator yang menjawabnya. Di ujung tikungan jalan Aray melihat sepeda motor yang di kendarai Yanuar melaju perlahan. Ia beranjak dari tempatnya dan berjalan ke trotoar jalan, kemudian melambaikan tangan pada Yanuar yang tengah berkeliling melepaskan pandangan matanya mencari dimana kawan - kawannya berada. Yanuar mempercepat laju sepeda motor ketika pandangan matanya tertuju pada seseorang yang ia kenali tengah melambai-lambaikan tangan kepadanya. Dari arah berlawanan sepeda motor melaju dengan kecepatan cukup tinggi dan berhenti tepat di depan Aray yang tengah berdiri di trotoar jalan. Rendy menstandarkan sepeda motornya setelah Yori melepaskan tangan dari kedua pinggangnya, kemudian berjalan menghampiri kawan - kawan yang telah menunggu. Yanuar segera mendatangi mereka yang telah berkumpul setelah menyimpan sepeda motornya. Yori tak ingin menunggu lebih lama untuk memulai pembicaraan. Sambil menunggu kawan - kawan lainnya yang masih di perjalanan, ia menginformasikan apa yang telah didapatnya selama berkeliling menemui beberapa kawan. Yanuar menyambung pembicaraan Yori untuk menyampaikan temuan yang bisa ia sampaikan pada tim, juga memberikan beberapa masukan sebagai bahan pertimbangan. Kemudian Aray, Arok dan Roy saling bergantian memaparkan penemuannya di lapangan, dilanjutkan penuturannya mengenai seputar aktivitas yang kemungkinan akan dijalani Rustam dan kawan-kawan nanti malam. Disela-sela obrolannya, beberapa kawan dari  tim satu persatu berdatangan dan langsung bergabung dengan mereka. Pembicaraan semakin seru dan mulai memanas manakala perdebatan terjadi di antara mereka. Yori dan tiga orang kawannya bersikukuh dengan pendiriannya agar nanti malam mereka datang ke lapangan gazebo dan melancarkan aksi yang telah ia konsep dengan matang. Sementara Roy, Arok, Aray dan juga Yanuar bersikeras memegang pendapatnya, serta meminta tim untuk menjalankan tujuan seperti yang mereka inginkan. Dua pendapat yang berbeda telah benar-benar membuat suasana menjadi tegang beberapa saat. Rendy coba menjadi penengah di antara mereka dengan memberikan jalan alernatif bagi keduanya. Setelah memikirkan dan membahas bersama, akhirnya mereka sepakat agar tim dibagi menjadi dua bagian. Rencana A akan dijalankan oleh tim satu di bawah koordinasi Aray, dan tim dua di bawah koordinasi Yori untuk melaksanakan rencana B. Andai masing-masing tim tak berhasil merealisasikan misinya, maka mereka sepakat menggabungkan  kembali dua tim menjadi satu untuk menjalankan rencana C yang di sarankan Rendy. Untuk sementara mereka dapat menarik nafas lega, karena pembicaraan tak sia-sia dan menghasilkan keputusan yang dapat diterima semua anggota tim. Rendy memutuskan untuk menutup pembicaraan ketika adzan maghrib terdengar berkumandang. Mereka pun beranjak dari tempatnya masing-masing dan bergegas meninggalkan arena pertemuan tersebut.

Rumah kost mewah di kawasan Jalan Setia Budi malam itu di warnai gelak tawa ceria penghuninya yang masih larut dalam kesenangan. Rustam dan kawan-kawan menikmati kemenangannya setelah mendulang rupiah di meja permainan UFO tadi siang. Ia mengundang beberapa kawan datang ke tempatnya untuk persiapan acara malam ini. Satu krat bir dan beberapa botol minuman berkelas yang ia beli di toko langganannya telah di persiapkan untuk menjamu kawan-kawan yang menghadiri undangannya. Robert memasukkan semua minuman tersebut ke dalam bagasi mobil yang di parkirkan di halaman rumah. Cat pilox berwarna warni tak lupa ia sertakan untuk melakukan aksinya. Rustam dan kawan-kawan berencana mendeklarasikan club sepeda motor yang ia danai, dan akan mengibarkan benderanya mulai malam ini. Untuk itu ia meminta Robert dan Boni membawa cat pilox ke tempat ia mengundang kawan-kawannya. Setelah memastikan semua kebutuhan tersebut telah berada pada tempatnya, Rustam meminta Robert, Boni dan dua teman lainnya untuk bersiap-siap berangkat menuju lokasi acara yang telah ditentukan.
Sementara itu belasan sepeda motor berbagai merk berjejer tak beraturan di kesunyian malam sepanjang  jalan Cisangkuy. Di bagian body terdapat tiga hurup RDX berderet menempel di setiap sepeda motor mereka. Sekumpulan anak muda berkumpul membentuk lingkaran-lingkaran kecil di jalan aspal dan trotoar jalan. Mereka tampak asik mengobrol sambil menunggu kedatangan Rustam dan kawan-kawan tiba di sana. Beberapa orang dari mereka beranjak dari tempatnya ketika sebuah kendaraan roda empat datang menghampiri kerumunan. Boni membuka pintu, kemudian  berjalan melangkah mendatangi mereka yang telah cukup lama menunggu. Tegur sapa dan jabat erat menyambut kehadiran Rustam dan kawan-kawan di tengah-tengah mereka. Kesunyian pun sekejap lenyap berganti suasana hangat yang diiringi tawa riang. Robert meminta beberapa orang membantunya mengeluarkan barang dari bagasi mobil. Kemudian mereka membawa barang-barang tersebut ke hadapan Rustam, yang saat itu masih semangat berbicara menyampaikan maksudnya. Boni mempersilahkan kawan-kawan untuk mengambil minuman dalam krat setelah sebelumnya ia menyodorkan sebotol minuman berkelas pada Rustam. Dalam sekejap minuman dalam krat telah berpindah tempat. Rustam mengajak semua yang hadir bersulang untuk kejayaan club sepeda motornya, sekaligus mendeklarasikan keberadaan clubnya di antara sekian banyak club motor yang telah lebih dulu mengibarkan bendera. Robert meraih tabung paint spray atau pilox, kemudian menyemprotkan ke trotoar jalan membentuk hurup RDX, diikuti kawan-kawan lainnya. Sebentar saja sekitar tempat itu telah di penuhi coretan bertuliskan nama club sepeda motor yang baru saja di deklarasikan.

Seseorang dengan sepeda motor bertuliskan RDX yang sengaja ditempelkan di beberapa bagian body  kendaraan roda duanya melaju perlahan melintas di jalan Supratman. Yanuar mengikuti sepeda motor tersebut dari arah belakang. Helmet  yang ia kenakan menutupi seluruh bagian kepala, sehingga orang yang melihat tak akan mengenalinya. Dalam jarak pandangnya orang tersebut melihat beberapa sepeda motor berjejer memanjang di pinggir trotoar. Ia mengambil ancang-ancang dengan posisi siap melakukan balapan. Hanya berjarak beberapa meter saja dari kumpulan anak muda yang tengah duduk-duduk santai di trotoar jalan dekat sepeda motor yang mereka parkirkan, ia menambah kecepatan. Tepat di hadapan kumpulan anak muda tersebut ia pun memainkan gas sambil mengoper gigi. Suara yang keluar dari knalpot terasa memekakan telinga bagi siapa saja yang mendengarnya. Orang itu menancap gas, melarikan sepeda motornya secepat yang bisa dilakukannya. Kumpulan anak muda yang tengah bersantai pun merasa terganggu, dan seolah ditantang untuk beradu kecepatan. Mereka bergegas menuju sepeda motornya masing-masing, berusaha mengejar sepeda motor yang berlari cukup jauh di depannya. Ia menikung memasuki Jalan Cisangkuy, tempat dimana Rustam dan kawan-kawan sedang bersenang-senang. Melihat sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi dengan suara knalpot bising menuju ke arahnya, seseorang beranjak dari tempatnya. Tangannya memegang botol minuman yang telah kosong. Ia siap melemparkan botol minuman tersebut pada pengendara sepeda motor yang bergerak mendekat menuju ke arahnya. Namun ia mengurungkan niatnya ketika melihat sederet hurup yang menempel dibagian depan dan body sepeda motornya. Ia pikir itu teman satu clubnya yang terlambat datang. Robert mengerutkan keningnya keheranan, karena sepeda motor tersebut tak berhenti dan terus melaju melewatinya. Tiba-tiba sekelompok orang bersepeda motor datang dari arah yang sama dengan orang yang tadi lewat di depannya yang mereka pikir adalah kawannya. Rustam mencium gelagat yang tak beres atas kejadian tersebut.  Ia bersiap untuk menghadapi kemungkinan yang akan terjadi. Dugaannya tak meleset. Mereka bergerak mendekat ke arah sepeda motor yang di parkir berjejer dan menendang sekenanya hingga berjatuhan. Baku hantam antar club sepeda motor pun terjadi, tapi tak berlangsung lama. Mereka semua yang berada di sana segera membubarkan diri dan memacu sepeda motornya ketika mendengar suara sirine yang bergerak mendekat ke arah mereka.
Mereka pikir Polisi tengah berpatroli yang segera mendatangi tempat kejadian setelah mendapat informasi dari seseorang yang menyaksikan peristiwa tersebut. Ternyata hanya mobil ambulan yang kebetulan lewat untuk mengantarkan pasien ke rumah sakit. Yanuar yang memonitor dari jarak aman peristiwa baku hantam dua club sepeda motor tersebut, kembali bergerak meninggalkan lokasi setelah melihat mereka membubarkan diri dan lari tunggang langgang. Ia memacu sepeda motornya melintasi lapangan gazebo yang saat itu telah ramai oleh berbagai aktivitas di sekelilingnya. Tujuan selanjutnya menemui tim yang kini tengah menunggunya di kampus.
Boni menghentikan laju kendaraan roda empat yang di kemudikannya di tempat parkir seputar lapangan gazebo, di ikuti beberapa kawan bersepeda motor yang tadi pergi bersama mengikutinya dari belakang. Rustam melepas jaket yang dikenakan dan melemparnya ke jok belakang dengan perasaan kesal. Ia menarik beberapa helai kertas tisue dari tempatnya untuk menyeka darah yang mengucur dari pelipisnya karena terkena lemparan batu saat baku hantam. Robert memegangi tangannya yang terasa sakit akibat hantaman benda tumpul sembari berjalan menghampiri kawan-kawannya yang duduk terlentang di trotoar. Rustam duduk di kap mobil sambil tak henti mengoceh, mengeluarkan sumpah serapah untuk orang yang telah menyerangnya beberapa saat lalu. Dalam amarahnya ia berjanji untuk membalas perbuatan mereka padanya. Sementara di parkiran yang tak jauh dari tempat Rustam dan kawan-kawan berkumpul, Antonio bersama club sepeda motornya tengah bercengkrama di sekitar penjual susu murni yang biasa mangkal di tempat itu. Keakraban begitu terasa menghangatkan suasana malam yang dingin oleh hembusan angin. Rembulan bersinar terang menyinari malam, seakan menebar senyum pada siapapun yang bersahabat dengan alam.

Bintang-bintang berkedip di langit tinggi, tak henti menaburkan kedamaian pada penghuni semesta. Tutur kata ramah menyapa setiap pelanggan yang datang menghampiri untuk berbagi rezeki. Antonio berjalan mendekati sepeda motor yang baru saja tiba, menyambut dengan sapa hangat dan menjabat tangan erat tanda persahabatan. Yori memperkenalkan satu persatu kawan - kawan yang datang bersama dengannya pada Antonio, kemudian ia mengajak mereka bergabung setelah Antonio memintanya. Yori membalikkan tubuhnya, berusaha menghindar untuk beradu tatapan dengan sekelompok anak muda yang berkumpul tak jauh dari tempatnya. Antonio merespon bahasa tubuh Yori dengan mengalihkan pandangan matanya ke arah sekelompok anak muda yang tengah berkumpul di parkiran sana. Yori meminta Antonio untuk berbicara dengannya secara terpisah, agar tak di dengar kawan - kawan lainnya.
“Kau masih ingat sebuah club sepeda motor yang pernah aku tanyakan padamu tadi siang ?”. Tanya Yori berusaha mengingatkan sahabatnya tentang obrolan tadi siang ketika ia datang ke tempatnya. Antonio menjawab dengan menganggukkan kepala. Yori berpesan pada Antonio untuk tak melibatkan diri, apapun yang akan terjadi dengan kelompok anak muda tersebut. Ia meminta Antonio untuk mengingatkan anggotanya supaya tidak terprovokasi oleh pihak-pihak yang berupaya menyeretnya dalam pertikaian. Yori menutup pembicaraan dengan berpamitan pada Antonio untuk melanjutkan aktivitas bersama kawan - kawannya. Antonio memperingatkan Yori agar berhati-hati dalam perjalanannya.
Dua sepeda motor melaju dengan kecepatan tinggi, berkejar-kejaran dan berusaha saling mendahului satu sama lain. Mereka berkonsentrasi penuh untuk dapat mencapai tanda memutar arah dan kembali ke tempat semula yang menjadi garis finish sebagai penentu kemenangan. Masing-masing supporter menyemangati temannya yang tengah beradu kecepatan di lintasan balapan. Karena waktu telah hampir tengah malam, situasi jalan cukup lengang dan jarang kendaraan yang melintas di tempat tersebut. Kondisi ini seakan memberi kesempatan pada mereka yang mempunyai kegemaran beradu kecepatan mengendarai sepeda motor di jalanan. Malam itu hampir separuh trotoar jalan yang mengitari lapangan gazebo di penuhi sepeda motor  yang di parkirkan secara berkelompok. Sementara para pemiliknya berada di sepanjang lintasan jalan balapan untuk memberi semangat pada jagoannya masing-masing. Yori dan timnya memonitor dua orang suruhan yang sedang melakukan aksinya menyemprotkan cat ke body sepeda motor milik beberapa club di parkiran. Dalam sekejap saja nama club yang baru dideklarasikan Rustam dan kawan-kawan telah menghiasi area parkir. Kini mereka dengan hati-hati bergerak menuju tempat dimana Rustam dan kawan-kawan menyimpan kendaraannya. Setelah merasa yakin pemiliknya tak berada di tempat, mereka mulai melancarkan kembali aksinya. Sasaran utamanya yaitu mobil Honda Accord yang biasa di pakai Rustam untuk mengajak kawan - kawannya kemana ia pergi. Di kaca mobil bagian depan Andi mengukir sebuah nama club yang beberapa waktu lalu berbaku hantam dengan Club milik Rustam cs. Sementara Tofik menggunakan pilox untuk menghiasi sepeda motor yang berjejer dekat kendaraan milik Rustam. Seperti yang telah di bicarakan, setelah tuntas melaksanakan tugas yang diberikan, mereka bergegas pergi menjauh dari tempat tersebut.


Kemarahan Rustam semakin memuncak ketika ia mendapati kaca mobil kesayangannya di lumuri cat semprot. Begitupun halnya dengan kawan-kawan Rustam yang harus menyaksikan sepeda motornya di penuhi coretan. Pandangan mereka berkeliling mencari-cari pembuat ulah yang telah memancing emosinya. Setiap kendaraan yang melintas tak satu pun luput dari perhatiannya. Betapa terkejutnya Rustam dan kawan-kawan ketika beberapa kelompok orang bersepeda motor mendatanginya dengan segudang amarah,  kemudian menyerang mereka secara tiba-tiba. Entah berapa kepalan tangan dan tendangan keras mendarat telak di sekujur tubuh Rustam cs, tanpa mereka mampu membalas serangan yang datang bertubi-tubi ke arahnya. Mereka hanya berusaha sekuat tenaga menangkis setiap jotosan dan tendangan dengan kedua tangan dan kaki semampu yang mereka dapat lakukan. Rupanya sisa-sisa keberuntungan masih berpihak pada Rustam cs. Mereka terselamatkan oleh bunyi sirine yang datang mendekat ke lokasi keributan. Boni yang masih tahan berdiri dengan cekatan memapah Rustam berjalan, kemudian ia menuntunnya kedalam kendaraan roda empat yang tak jauh dari tempat mereka. Boni menancap gas pergi menjauh dari mobil patroli aparat kepolisian  yang terhalang oleh sepeda motor yang bertebaran di sekitar lokasi keributan.

Tidak ada komentar: