Karya : Ipey
Wajah-wajah baru menghiasi suasana hiruk pikuk seputar
kampus yang telah memulai jadwal perkuliahannya. Para senior seakan mendapat
angin segar untuk lebih bersemangat melakukan aktivitas dengan berbagai tujuannya
masing-masing. Situasi seperti ini tak luput dari ajang kompetisi bagi mereka
yang masih menjomblo untuk mendapatkan pasangan. Baradu gaya dengan sesama
mahasiswa lainnya demi mendapatkan perhatian mahasiswi incarannya. Mereka
menganggap itu sudah merupakan salah satu kegiatan ekstrakulikuler, meski tak
pernah terjadwalkankan secara formal dalam kurikulum kampus. Sementara bagi
para aktivis organisasi internal kampus, kondisi ini dimanfaatkan sebagai ajang
promosi untuk merekrut sebanyak-banyaknya anggota. Pengumuman penerimaan
anggota baru masing-masing UKM terpampang di setiap majalah dinding seputaran
kampus. Para pengurus UKM berembuk membuat jadwal acara untuk memperkenalkan
organisasinya melalui kegiatan yang dilakukan secara bergiliran sesuai
kesepakatan, tentu atas persetujuan pihak rekrorat terlebih dahulu. Pengenalan
masing-masing UKM dilaksanakan dengan mempertimbangkan jadwal perkuliahan
mahasiswa agar tak mengganggu proses belajar.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, Kumpulan Seni Mahasiswa diberi kesempatan memandu acara sekaligus memperkenalkan seluruh UKM di lingkungan kampusnya. Harus diakui bersama bahwa kegiatan KSM-lah yang selalu berhasil menyedot perhatian mahasiswa, sehingga UKM lainnya memberikan kepercayaan pada organisasi ini berada di barisan terdepan untuk memperkenalkan seluruh Unit Kegiatan Mahasiswa di kampusnya.
Alat
musik dengan perlengkapan audio seadanya telah di tata di halaman aula. Arok
bersiap-siap dengan stik drum di kedua tangannya, sementara Rio, wahyu dan
Rhaka telah berada pada tempatnya masing-masing. Tak lama kemudian musik
mengalun mengiringi syair lagu yang Rhaka nyanyikan dengan riang. Sebentar saja
halaman aula kampus telah dikelilingi para mahasiswa/i yang ingin menyaksikan
pementasan tersebut. Lembayung yang berada diantara kerumunan mahasiswa/i
tak melepaskan tatapan matanya pada lelaki yang tengah memainkan gitar sambil
bernyanyi. Senyumnya merekah ketika beradu pandangan dengan kekasihnya yang
seoalah-olah ia bernyanyi untuk menghiburnya. Lagu demi lagu mengalun tanpa
banyak mengalami hambatan berarti. Selepas melantunkan lagu Bongkar yang di
pilih dari album milik Swami, Rhaka dan teman-teman memberikan kesempatan pada
UKM lain untuk memperkenalkan organisasinya sesuai jadwal acara yang telah
disepakati bersama. Rhaka berjalan mendatangi Lembayung yang masih berada di
tempatnya semula. Senyum hangat serta tegur sapa ia lontarkan pada Lembayung
dan Firza sahabatnya yang datang bersama ke kampus tadi pagi. Setelah
berbincang-bincang beberapa saat mereka melangkah pergi meninggalkan halaman
aula menuju kantin di belakang gedung. Sementara di ruang sekretariat KSM,
panitia penerimaan anggota baru dengan ramah melayani setiap pendaftar yang
datang menghampiri. Begitupun di ruang-ruang sekretariat UKM lainnya, para
panitia berusaha melayani para calon pendaftar dengan sebaik mungkin yang bisa
dilakakukannya untuk meyakinkan dan menarik minat mereka. Kesibukan seperti ini
biasa berlangsung sampai batas akhir pendaftaran, untuk kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan-kegiatan lainnya hingga pada acara pelantikan.
Firza
melambaikan tangan ketika kendaraannya melintas di samping Lemabayung dan Rhaka
yang berjalan berdampingan. Mereka membalas dengan senyum dan gerakan tangan
serta kata-kata gurauan tanpa menghentikan langkah-langkahnya. Terus berjalan
diantara daun kering berserakan di sepanjang trotoar, di rimbunnya pepohonan di
pinggiran jalan. Beberapa kalimat terucap selama melintasi bangunan tua
peninggalan zaman Belanda, yang masih berdiri kokoh menghiasi sejarah
kota kembang. Deru mesin dan bunyi klakson kendaraan terdengar bagai instrument
musik disela-sela hembusan angin. Caci maki serta sumpah serapah pengemudi di
jalan raya menjadi raungan distorsi bagi laju pembangunan kota. Para pedagang
asongan berjuang mempertahankan hidup dengan menawarkan barang dagangannya pada
setiap penumpang angkutan umum dan kendaraan-kendaraan pribadi yang berhenti
sejenak di lampu merah. Bocah-bocah kecil bersenandung lirih di iringi alat
musik terbuat dari bekas tutup botol, menengadahkan wajahnya mengharap belas
kasih sesama yang memiliki kehidupan lebih baik darinya. Lembayung
merogoh saku, mengeluarkan beberapa kepingan uang logam dan memberikannya pada
pengemis tua yang duduk di trotoar jalan beralaskan selembar kertas koran
sambil menggendong anak di pangkuannya. Zebra cross menuntun para pejalan kaki
melintasi jalan aspal menuju seberang jalan. Lembayung menarik tangan lelaki
disampingnya, memasuki lantai dasar salah satu tempat perbelanjaan.
Menaiki tangga berjalan, kemudian melangkah menuju sebuah caffe yang menawarkan
beraneka ragam makanan khas bercitarasa internasional. Setelah membayar pesanan
makanan untuk mereka berdua, ia menghampiri Rhaka di meja sudut ruangan.
Lampu-lampu redup di setiap atap ruangan memberi kesan romantis suasana
sekitarnya. Para pramu saji sibuk mengantar pesanan makanan pada pengunjung
yang menunggu di mejanya masing-masing. Desain interior ruangan yang tertata
rapih memberi kesan akrab pada setiap pelanggan. Kenyamanan pengunjung
sepertinya telah menjadi salah satu pertimbangan khusus pengelola tempat,
disamping suguhan makanannya yang mengutamakan kualitas rasa. Ia dan Rhaka
mulai melahap sajian yang dipesan sambil membuka percakapan. Rhaka berusaha
untuk tak membicarakan apa yang telah ia alami beberapa waktu lalu di tempat
perbelanjaan ini, meski dia mencoba memancing pembicaraan ke arah itu.
Sepertinya ia telah mengetahui peristiwa menghilangnya Rhaka setelah peristiwa
perkelahian dengan Rustam cs. Sebisa mungkin ia menghindar dan cepat-cepat
mengalihkan pembicaraan ketika Lembayung kembali mengungkit peristiwa itu.
Hingga kini ia masih menyembunyikan penyebab pertikaiannya dengan Rustam cs, hingga
kemudian menyeret sahabatnya terlibat konspirasi atas perkelahian antar
kelompok club sepeda motor di halaman parkir lapangan gazebo beberapa waktu
lalu. Beruntung media masa tak memberitakan kejadian tersebut, sehingga
informasinya tak beredar luas. Dan pihak aparat kepolisian menganggap kejadian
tersebut tidak lebih hanya sekedar perkelahian biasa. Belakangan Rhaka
mengetahui Rustam kini tergabung dalam sebuah LSM yang nyatanya berorientasi
pada kepentingan pengusaha yang turut mendanai organisasinya. Ia kembali
meneruskan pembicaraan dengan Lembayung mengenai apa saja, tapi tak menyerempet
ke arah pembicaraan yang selama ini ia simpan bersama sahabat-sahabatnya.
Akhirnya Lembayung membuka obrolan lain mengenai niatnya untuk berpindah tempat
kost. Ia meminta Rhaka untuk membantunya mencarikan tempat yang tak jauh dari
kampus, sebelum kost-an yang kini ia tempati habis masa kontraknya. Bagi
Rhaka mungkin ini bukanlah hal yang sulit. Beberapa kawannya banyak nge-kost di
daerah yang tak jauh dari lingkungan kampus. Ia juga bisa meminta Rendy
sahabatnya untuk turut membantunya mencarikan tempat kost. Ia berusaha
meyakinkan agar Lembayung mempercayakan hal tersebut padanya.
“Aku akan segera memberitahumu jika
telah mendapatkan tempat yang kiranya cocok dengan keinginanmu”. Jelas Rhaka
singkat tanpa banyak basa basi.
Hidangan
dimeja kini hanya menyisakan jus jeruk dan jus alpukat yang tinggal satu
kali teguk saja. Rhaka beranjak dari tempat di ikuti Lembayung setelah
menghabiskan minumannya. Di pintu masuk mereka berpapasan dengan Yori dan
Rendy. Jaket merah bertuliskan sederet huruf di bagian kiri membuat Rhaka
mengernyitkan keningnya. Rendy menepuk bahu Rhaka sambil tersenyum dan berkata.
“Nanti malam kita kumpul di tempat biasa. Aku akan beritahukan mengenai hal
ini”. Rendy merapikan jaket yang dikenakannya. Rhaka mengangguk dan memberi
isyarat bahwa ia akan datang nanti malam untuk bertemu di tempat mereka biasa
berkumpul. Rhaka dan Lembayung melanjutkan langkahnya menyeberang jalan
di atas zebra cross, kemudian mengambil jalan alternatif dan berhenti di
samping gedung kumpulan mahasiswa Prancis. Rhaka membuka pintu depan angkutan
umum jurusan Abdul Muis – Ledeng yang berhenti di depannya, kemudian
mempersilahkan Lembayung masuk setelah ia duduk di samping pengemudi. Roda-roda
berputar perlahan, beranjak pergi melintasi jalan sesuai trayeknya. Jika
jalanan tak macet hanya membutuhkan beberapa menit saja untuk sampai di tempat
Lembayung.
Selepas
maghrib ia berpamitan pada Lembayung dan juga pemilik tempat kost. Ia merasa
tak sabar untuk segera bertemu sahabatnya, terlebih lagi ia ingin mengetahui
maksud pertemuan malam ini karena baik Rendy maupun Yori tak memberitahukannya
terlebih dulu mengenai hal-hal yang akan dibicarakan. Sepanjang
perjalanan Rhaka mencoba menebak-nebak, apa kiranya yang akan menjadi
pembahasan. Seingat dia saat ini tak ada satupun isu berkembang di lingkungan
kampus, baik mengenai kebijakan pemerintah setempat atau kebijakan pemerintah
pusat. Rhaka hanya mendapat informasi mengenai rencana pembangunan gedung oleh
sebuah perusahaan yang akan di dirikan di atas lahan berpenduduk, itu pun belum
diketahui secara pasti kebenarannya. Rhaka meminta pengemudi angkutan berhenti
di depan kampus. Setelah membayar ongkos ia berjalan menuju gerbang kampus
yang masih terbuka. Pak Muklis petugas keamanan kampus yang kebetulan
berpapasan dengannya di tangga komawa menyapanya dengan ramah. Sepertinya ia
tahu maksud kedatangannya ke tempat itu. Dengan gaya bercandanya yang khas ia
memberitahukan bahwa peserta adu mulut sedang berkumpul di halaman aula. Rhaka
hanya tersenyum mendengar penuturan petugas keamanan kampus yang biasa
menemaninya minum kopi di malam hari ketika ia terpaksa harus bermalam di ruang
sekretariat. Beberapa teman diskusi ternyata telah berkumpul di aula. Yori,
Rendy, Aray dan kawan - kawan dari himpunan tampak asyik mengumbar tawa sambil
menikmati makanan ringan yang tergeletak di lantai beralaskan sehelai kain
bekas spanduk kegiatan yang sudah tidak terpakai. Setelah menyapa semua yang
hadir disana, Rhaka mengambil tempat duduk di antara Rendy dan Aray. Ia
membisikkan sesuatu ke telinga Rendy, mempertanyakan hal yang akan menjadi
pembahasan dalam diskusi kali ini. Rendy tak segera merespon pertanyaan
sahabatnya. Ia mohon waktu pada kawan - kawan untuk bicara berdua dengan Rhaka.
Rendy mengajak Rhaka pergi menuju papan panjat di taman kampus. Di sana Rendy
coba memberi penjelasan mengenai sesuatu hal yang akan menjadi bahan diskusi,
juga mengenai maksud dirinya bergabung di salah satu LSM. Ia sengaja tak
memakai jaket LSM yang tadi siang ia kenakan, tentu bukan tanpa alasan. Namun
meskipun Rendy tak memberi tahu alasan tersebut, Rhaka dapat mengerti mengapa
hal itu Rendy lakukan. Banyak persoalan yang akan timbul jika ia mengumbar
keterlibatannya di lembaga tersebut. Hanya saja Rhaka masih merasa tak yakin
dengan langkah yang ditempuh sahabatnya. Berdiri di dua sisi bukanlah hal mudah
meski berdalih sebagai penyeimbang. Terkecuali jika ia berani mengambil
keputusan menjadi seorang oportunis, tentu dengan kesiapannya menerima resiko
yang akan timbul di kemudian hari. Secara pribadi Rhaka dapat menerima
keputusan sahabatnya, tapi belum tentu dengan teman-teman lainnya. Meski
demikian ia tak berani mengambil kesimpulan, bahwa sahabatnya yang merupakan
anak seorang tentara berpangkat cukup tinggi di kesatuannya, mempunyai tujuan
yang bertolak belakang dengan gerakan mahasiswa di kampusnya. Untuk saat ini
Rhaka hanya bisa berpikir bagaimana tim diskusinya dapat bergerak dinamis tanpa
mengedepankan sikap anarkis ketika menyuarakan aspirasinya. Rhaka mencoba
menyimpan setumpuk pertanyaan dalam benaknya. Pikirnya mungkin lain waktu ia
dapat membahasnya lebih lanjut bersama dengan Yori dan Aray yang kebetulan
sama-sama anak tentara seperti Rendy, mungkin bisa saja mempunyai pemikiran tak
jauh berbeda dengan Rendy sahabatnya. Tapi bukan hal tak mungkin akan berbeda
hal dengan Roy yang lahir dan tumbuh di lingkungan keluarga Bhayangkara,
begitupun dengan Arok yang kedua orang tuanya bekerja sebagai pegawai negeri
sipil. Rhaka menutup pembicaraan, kemudian megajak Rendy kembali begabung
dengan kawan – kawannya di aula.
Yori terlihat begitu serius dan tegang
mendengar penuturan kawan - kawan himpunan yang bersikeras mempertahankan
argumentasiya. Ia merasa kurang setuju dengan rencana unjuk rasa yang akan
digelar secara mendadak tanpa mempertimbangkan berbagai kemungkinannya. Selain membahayakan mahasiswa, rencana itu
terkesan terlalu terburu-buru dan terlalu memaksakan diri. Di sela-sela
perdebatannya, Rhaka berusaha memberi masukan mengenai kemungkinan adanya aksi
tandingan dari pihak berbeda kepentingan dengan gerakan aksi mahasiswa. Ia
khawatir tak mampu menghindari kemungkinan terjadinya bentrokan fisik, selain
dengan aparat keamanan juga dengan para pengunjuk rasa tandingan yang
berseberangan dengan mereka. Lebih jauh lagi ia khawatir aksi mahasiswa
dimanfaatkan pihak tertentu untuk kepentingan yang sama sekali betolak belakang
dengan tujuan aksi mereka. Dan Rendy kini mulai membuka mulut menyampaikan
pendapatnya. Ia mempunyai rencana cukup mengejutkan, yang mungkin tak
terpikirkan oleh kawan - kawanya. Rendy tak hanya membahas soal gerakan aksi
terbuka, tapi juga langkah-langkah alternatif yang akan tempuh untuk sampai
tujuan. Ia mengeluarkan satu bundel kertas berisi data-data mengenai sesuatu
yang akan menjadi bahan acuan gerakan aksi mereka. Entah dari mana ia
mendapatkan bundelan kertas tersebut, yang salah satunya berisi denah lokasi
rencana pembangunan sebuah perusahaan lengkap dengan desain gedungnya.
Kemungkinan akan adanya aksi tandingan pada saat mereka menggelar unjuk rasa di
benarkan olehnya, namun Rendy tak menjelaskan secara detail dan tebuka. Ia
hanya menyebutkan bahwa salah satu LSM yang turut didanai pengusaha kemungkinan
besar akan menggelar aksi serupa pada hari yang sama saat mereka turun ke
jalan. Yori mengernyitkan kening mendengar penuturan sahabatnya. Sebelumnya ia
tak tahu jika Rendy telah memegang informasi mengenai situasi seputar rencana
pembangunan gedung di kawasan berpenduduk padat. Yori berpikir beberapa saat,
memutar otaknya mencari jalan untuk kirannya dapat menjadi sebuah solusi bagi
langkah-langkah yang akan di tempuh tim diskusinya. Dalam aksinya nanti ia tak
begitu khawatir akan jumlah masa yang akan turut serta turun ke jalan. Ia
memperkirakan akan banyak mahasiswa baru bersemangat tinggi merespon
serta mendukung rencana ini. Ia pikir hanya membutuhkan sosialisasi dengan
pendekatan secara akademis saja untuk merangkul semangat mereka. Rhaka berusaha
tak mengomentari kembali setiap pemaparan kawan - kawanya. Ia lebih memfokuskan
perhatiannya pada rencana Rendy mengenai langkah-langkah yang akan di
tempuhnya. Rhaka mencium sesuatu di balik semua rencana, bukan hanya
semata-mata kepentingan rakyat yang akan diperjuangkan, tetapi ada nilai khusus
menjadi pertimbangan lain. Ia mengira sahabatnya pun membawa kepentingan pihak
lain dalam aksi ini. Kepentingan para pebisnis yang bersaing untuk mendapatkan
tender atas proyek pembangunan gedung yang mereka perdebatkan, dan bukan untuk
meminta pemerintah membatalkan rencana pembangunan gedung tersebut. Diskusipun
terus berlanjut, saling beradu argumentasi mempertahankan pendapatnya
masing-masing. Dan ketika larut malam tiba merekapun bersepakat untuk
mengakhiri pembicaraan. Kemudian setelah mengambil kesimpulan dari pembahasan
diskusi mereka membubarkan diri.
Angin
berhembus terasa menusuk hingga menyentuh sendi-sendi urat nadi. Secangkir kopi
panas masih tak cukup memberi kehangatan tubuh. Rhaka mengajak Yori
dan Rendy berpindah tempat ke ruang sekretariat, karena ia masih ingin
melanjutkan pembicaraan dengan dua sahabatnya mengenai banyak hal yang belum di
ketahuainya. Ia berusaha membuka obrolan se santai mungkin agar tak terjadi
ketegangan diantara mereka. Sejenak Rendy menarik nafas panjang saat ia di
sodorkan pertanyaan yang bukan ia tak mengerti kemana arah pembicaraan Rhaka
tertuju. Setelah meneguk kopi, ia mencoba sekemampuannya memberi penjelasan
mengenai posisinya saat ini. Ia katakan padanya bahwa ia tak benar-benar
bermaksud memanfaatkan sikap idealis mahasiswa di kampusnya demi kepentingan
pribadi. Namun ia pun tak menyangkal bahwa ia mempunyai kepentingan atas
rencana pembangunan gedung di kota tersebut. Lebih tepat kepentingan masa
depannya, yang pada akhirnya akan menjadi kepentingan kawan - kawan
seperjuangannya saat ini. Agar tak terjadi miss understanding diantara mereka,
sebisa mungkin Rendy memaparkan persoalannya sedetail mungkin. Akhirnya Rhaka
dapat mengerti dan memahami maksud sahabatnya. Ia percaya Rendy berkata jujur,
sejujur yang bisa ia lakukan. Andai dia bermaksud mengkhianatinya, mungkin ia
tak akan memberitahukan semua ini padanya dan juga Yori sahabatnya. Rhaka
kembali mengingatkan sahabatnya untuk berhati-hati dalam menempuh langkah-langkahnya.
“Sebaiknya kau simpan semua berkas yang
kau dapatkan, juga catatan hasil diskusi malam ini di luar kampus untuk
menghindari hal-hal tak terduga sebelumnya. Dan aku sarankan untuk tak
menyimpannya di tempat kostmu. Kau lebih tahu tempat mana yang paling aman”.
Rhaka menghisap rokok filter di sela-sela jarinya, kemudian ia membuang sisa nya
ke tempat sampah di sudut ruangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar