Bagian Sebelas
Hingga terik matahari semakin menyengat, Andra dan Fahri masih bertahan di parkiran jalan belakang kampus menunggu Lembayung yang tengah mengikuti perkuliahan hari itu. Sejak Lembayung berpindah tempat ngekost, mereka kehilangan jejak mengenai keberadaannya. Akhirnya mereka berdua mengambil langkah pencariannya menuju kampus, berharap di tempat ini Andra dan Fahri dapat bertemu dengan Lembayung. Rupanya nasib baik tengah berpihak pada mereka. Permintaan Ronald agar dapat menemukan Lembayung untuk bertemu dengannya kini telah nampak di depan mata. Andra tak mau lagi membuang waktu berlama-lama. Ketika di lihatnya Lembayung berjalan menuju gerbang belakang kampus, ia pun bergegas menghampirinya. Betapa terkejutnya Lembayung mendapati Andra telah berada di dekatnya. Sama sekali ia tak pernah menduga jika ia akan bertemu sahabat Ronald di tempat itu. Ia sudah dapat menebak kedatangan Andra ke kampusnya atas permintaan Ronald. Dan sudah pasti ia akan memintanya untuk ikut bersamanya untuk bertemu Ronald. Karena ia tahu Ronald tak akan berani menemuinya sendiri seperti biasanya. Salah satu sikap yang tak pernah ia sukai dari Ronald. Untuk bertemu dengannya saja ia harus menggunakan jasa orang lain.
Dengan perasaan gembira Andra menyapa Lembayung, mempertanyakan mengapa ia tak memberi kabar tentang kepindahannya ke tempat yang baru. Sebenarnya Lembayung tak ingin memperdulikan pertanyaan temannya itu, namun ia berusaha menutupi perasaaannya sebisa yang ia lakukan. Ia masih berbaik hati menghargai kebaikannya sewaktu masih tinggal di kampung halaman, yang selalu memberinya kabar tentang Ronald. Tapi keadaan kini sudah berubah, tak seperti dulu lagi. Ia pun memberikan jawaban seperlunya tanpa menunjukkan kejengkelannya. Di saat bersamaan Rhaka melintas memasuki gerbang kampus berboncengan dengan Rendy sahabatnya. Karena Rhaka maupun Rendy saat itu menggunakan helmet penutup kepala, Lembayung tak dapat mengenali siapa yang baru saja melintas dihadapannya. Dan memang perhatiannya ketika itu hanya tertuju pada Andra yang sedang mengajak bicara dengannya, sehingga ia tak memperhatikan setiap orang yang berlalu lalang di sekitarnya. Rhaka pun tak meminta Rendy untuk menghentikan laju sepeda motornya. Rhaka masih ingat wajah orang yang tengah berbincang dengan Lembayung adalah orang yang pernah hampir menabraknya di gerbang kampus waktu itu. Benaknya langsung tertuju pada Ronald, kekasih Lembayung di masa lalu yang ternyata masih mengharapkan cintanya hingga saat ini. Ia pikir untuk apa sahabatnya datang ke kampus menemui Lembayung kalau bukan untuk Ronald. Seperti yang dikatakan Lembayung padanya mengenai kebiasaan Ronald jika ia ingin bertemu dengannya, Ronald akan meminta sahabatnya untuk menjemput Lembayung. Setelah Rendy menyimpan sepeda motor di parkiran basement, Rhaka bergegas melangkah menuju pintu gerbang belakang dimana Lembayung tadi berada. Namun ia tak mendapati Lembayung berada disana. Sementara di parkiran jalan sebuah mobil yang hampir mencelakakannya melaju menjauh dari tempat ia berdiri, kemudian menikung di ujung jalan dan menghilang dari pandangan. Sejenak Rhaka terdiam tanpa berkata-kata. Giginya bergemeretak menahan kekecewaan yang tertahan.
Angin bertiup kencang menggiring awan hitam yang bertebaran di atas sana. Mendung pun datang menyapa sore hari, memberikan rintik air pada daun-daun kering berserakan di sepanjang trotoar jalan. Gemericiknya menuntun suasana kegundahan yang dirasakan Rhaka saat itu, dan setiap tetes air yang jatuh membasahi tanah membawa lamunan kekecewaannya semakin dalam. Benaknya menerawang jauh, berusaha mengingat setiap kata yang di ucapkan Lembayung padanya. Kata-kata yang mampu meluluhkan hati, menyejukkan jiwa dan menumbuhkan kembali kepercayaan terhdapanya setelah apa yang dialaminya saat itu. Semakin ia berusaha mengingat indahnya kebersamaan dengan kekasihnya, semakin dalam kekecewaan ia rasakan. Senandung lagu cinta yang mengalun dari frekwensi radio di kamarnya tak mampu menghilangkan kegundahannya. Benaknya merebak dalam tanya. Tanya tak berujung jawaban di akhir lamunannya. Pudar hilang sudah angan tentang kisah cinta bertabur keindahan, kesungguhan dan keteguhan menghadapi badai yang menghadang langkah-langkahnya. Tak semestinya ia menerima kenyataan pahit seperti ini. Namun ketika ia menyadari keberadaannya saat ini, lunglai sudah khayal tentang gemerlapnya cinta. Jurang yang dalam telah memaksa ia terpisah dari kekasih yang dicintainya. Menggapai bayang wajah Lembayung dalam pelukan lelaki bertabur gemerlap dunia kini hanya semakin menyiksa batinnya yang terkoyak perih. Seakan tak mungkin lagi baginya untuk merangkul hasrat memiliki Lembayung seutuhnya. Semua telah hilang bersama hembusan angin dan amerontokkan kegigihannya mempertahankan keutuhan cinta yang ia rajut sejak dini. Sakitpun sepertinya tak kan kunjung reda andai terus mengingat cintanya telah dipermainkan, membawanya jatuh tersungkur semakin dalam. Bahkan berusaha melupakannya pun kian menambah luka dalam hatinya.
Senja perlahan beranjak pergi merapat ke tepian malam, menyeret Lembayung pada kegalauan hati. Hati yang terbelenggu kerinduan akan kasih dan belaian lembut dari seseorang yang telah meruntuhkan dinding kalbunya. Teman, sahabat dan juga kekasih yang selalu dinanti untuk berada dekat disampingnya, dimana ia menjadi tempat sandaran keluh kesah, tempat mencurahkan segenap perasaan dihatinya. Dan hingga malam datang menjelang, kekasih yang dinantikannya tak kunjung tiba. Sementara di benaknya telah berkumpul segudang tanya, mengapa Rhaka tak menemuinya selepas pulang kuliah siang tadi. Mengapa ia tak berada di tempat biasa dimana ia dapat menemukannya, hingga akhirnya ia pun terpaksa pulang sendiri berteman sepi. Sepi yang menuntunnya pada lamunan tentang perjalanan panjang bersama kekasih tercinta. Perjalanan yang sanggup membawanya ke gerbang mimpi indah. Gerbang menuju kebahagiaan hidup bersama kekasih pujaan hatinya. Pujaan hati yang senantiasa memanjakan dirinya dengan ketulusan cinta. Ketulusan cinta yang memekarkan rasa rindu akan cara Rhaka memperlakukan dirinya sebagai wanita berharga dimatanya. Rindu canda tawa dan senyumnya yang mampu memberikan kesejukan dalam batinnya. Rindu akan kesederhanaan yang ditunjukkan, dan sikap apa adanya yang telah menembus jantung hatinya. Berjalan berdua melewati jalan berliku tajam, mengisi hari-hari indah bersama dan melupakan kekasih masa lalunya dengan membawa kedamaian. Membiarkan rasa cinta itu semakin merebak dalam sanubarinya terdalam, menyatu dalam keabadian selamanya. Namun hingga matanya tak kuasa menahan rasa kantuk, Rhaka tak juga kunjung datang. Sementara malam merambat perlahan menuntunnya ke dunia mimpi di tidurnya.
Keesokan harinya ketika mentari menyambut pagi, di saat burung-burung berkicau melantunkan senandung lagu kehidupan, Lembayung bergegas melangkahkan kaki membawa segudang rindu untuk bertemu kekasihnya. Sementara suasana pagi itu jalan raya tak begitu padat oleh kendaraan, hingga ia tak membutuhkan waktu lama untuk sampai di tempat tujuan. Ia berharap Rhaka pun merasakan apa yang kini dirasakannya. Hatinya bergetar membayangkan pertemuan dengan Rhaka saat bertemu dengannya nanti. Sejak ia berpindah tempat kost hanya beberapa kali ia menikmati kebersamaan dengan Rhaka, baik di kampus maupun di tempat-tempat yang biasa ia kunjungi bersama. Ia tak sabar lagi untuk mengetuk pintu ketika tiba di tempat kediaman Rhaka berada. Tempat dimana lelaki yang telah berhasil menarik perhatian dan sayangnya itu tinggal. Namun niatnya tertahan oleh secarik kertas yang melipat dan ditancapkan dengan sebuah paku payung di pintu kamar. Di kertas tersebut jelas tertulis namanya dengan hurup kapital semua.
“ TO : LEMBAYUNG SEKARLESTARI ”
Dengan perasaan tak menentu ia mengambil kertas tersebut, membuka lipatannya kemudian mulai memabacanya.
Teruntuk : Lembayung Sekarlestari
Salam sayang,
Kini aku menyadari bahwa cinta ini tak mudah untuk kita jalani bersama. Kebersamaan kita tak mudah untuk dimengerti dan difahami secara nyata. Terima kasih atas perhatian dan kasih sayang yang telah kau berikan padaku selama ini, dan terima kasih karena kau telah membuka mataku tentang arti sebuah kesungguhan cinta kita. Aku tak tahu dengan apa harus membalas budi baikmu. Semoga dengan merelakanmu menggapai kebahagiaan yang tak mampu aku berikan padamu, akan sanggup menebus kesalahan dan kekuranganku. Percayalah bahwa aku akan tetap dan selalu mencintaimu sampai kapanpun. Sungguh, aku akan tetap mencintaimu dengan caraku sendiri, dengan cara yang mungkin tak akan kau mengerti. Tapi aku yakin suatu saat kau pun akan memahaminya.
Aku yang tetap mencintaimu,
Rhaka Swaratama

Detak jantung Lembayung seakan terhenti setelah membaca isi surat yang Rhaka tuliskan untuknya. Dadanya terasa sesak, bagai tertusuk belati menghujam di jantungnya. Matanya berkaca-kaca, dan kemudian ia pun tak kuasa lagi menahan air mata yang menetes di kedua pipinya. Tubuhnya terasa lemas tak bertenaga, terkulai lemah bagai bunga layu di musim semi. Tanpa sadar ia berlari menuju trotoar dan menghentikan angkutan umum yang kebetulan melintas di jalan itu.
Panas matahari yang memanggang sekujur tubuh tak lagi dihiraukannya. Beberapa pasang mata yang memperhatikannya pun tak menyurutkan niatnya untuk mencari dimana Rhaka kini berada. Dalam benaknya hanya ada satu keinginan, yaitu bertemu dengan Rhaka. Lama ia berkeliling di sekitar kampus, bertanya pada teman-teman yang biasa bersamanya dimana ia dapat menemui Rhaka saat ini. Namun tak seorang pun tahu kemana dan dimana dia kini berada. Hingga senja tiba Lembayung masih tak mendapat jawaban tentang keberadaan kekasihnya, sampai akhirnya ia memutuskan untuk kembali ke tempat kost-nya. Hanya isak tangis mewarnai keheningan malam yang terasa begitu panjang. Tak henti ia bertanya pada dirinya sendiri, apa kesalahan yang telah ia lakukan hingga Rhaka mengambil keputusan yang dirasakannya begitu menyakitkan baginya. Mengapa tiba-tiba ia ingin meninggalkannya begitu saja tanpa alasan yang sanggup ia mengerti. Sejenak ia termenung, mengingat-ingat sesuatu, penyebab semua ini terjadi. Tiba-tiba ia teringat Andra ketika mendatanginya ke kampus. Hatinya bertanya-tanya. Tak lama kemudian terlintas di pikiran dan bayangannya ketika ia bertemu Andra siang itu selepas pulang kuliah. Apakah Rhaka melihatnya?. Jika ya, mengapa ia tak mendatanginya. Mengapa ia tak memastikan bahwa dirinya tak pergi bersama Andra dan Fahri. Atau mungkin ia hanya melihat mobil mewah Ronald yang ia kenali berada di sekitar kampus, kemudian Rhaka melihatnya pergi dari sana tanpa ia tahu bahwa dia tak bersama mereka. Lembayung benar-benar marah pada dirinya sendiri. Mengapa ia tak berusaha menghindar untuk bertemu Andra. Mengapa Andra dan Fahri masih saja berusaha mempersatukannya kembali dengan Ronald, sementara cintanya telah ia tambatkan erat pada Rhaka. Dan mengapa mereka tak mau mengerti tentang perasaannya selama ia ditinggal pergi begitu saja seakan ingin mencampakkannya. Kemudian mengapa setelah dirinya menemukan cinta yang lain, Ronald tiba-tiba kembali hadir di kehidupannya. Padahal jika ia tahu kepergian Rhaka sama sekali tidak bermaksud mencampakkannya. Setumpuk pertanyaan dan penyesalan kini memenuhi hati, juga pikirannya. Dalam kesedihannya ia berjanji akan tetap menanti sampai Rhaka mengetahui hal yang sebenarnya terjadi. Ia bersedia menanti sampai Rhaka menerima kembali kedalam pelukannya. Surat yang ditujukan Rhaka padanya pun masih tergenggam erat di tangannya hingga terbawa dalam mimpi di tidurnya.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar