Bagian Delapan
Halaman basement yang biasa terlihat sepi kini tiba-tiba berubah suasana. Kegaduhan yang di timbulkan mahasiswa membuat tempat tersebut menjadi tampak berbeda sama sekali dari hari-hari sebelumnya. Anwar yang dipercaya untuk memandu aksi memberikan pengarahan pada kawan - kawan mahasiswa mengenai tujuan mereka turun ke jalan. Tak terlewatkan ia memberitahukan rute yang akan mereka tempuh dan kemungkinan-kemungkinan yang akan timbul selama aksi berjalan. Yori, Rhaka dan Rendy berembuk di tempat terpisah bersama-sama dengan Aray, Arok dan Roy. Tampak pula disana yanuar dan Dodi mendengarkan Yori memberikan penuturan pada mereka. Yanuar menginformasikan bahwa kawan - kawan yang berhasil ia hubungi telah siap menunggu di tempat yang telah ditentukan untuk berjaga-jaga. Sementara Dodi menyampaikan mengenai selebaran yang Rendy berikan padanya tadi malam yang telah ia bagikan dan disebarkan pada mahasiswa di lingkungan kampusnya. Setelah memastikan semua dalam kondisi yang memungkinkan, Yori menghubungi Adnan melalaui Handy Talki. Adnan tak menunggu lama, ia pun membagikan secara estafet ikat kepala pada para peserta aksi sebagai tanda agar mudah untuk dikenali. Anwar menginformasikan mengenai ciri ikat kepala yang juga akan dipakai oleh kawan - kawan mahasiswa lainnya di luar sana. Rhaka mengingatkan pada Rendy dan Yori untuk tetap waspada, serta tak lepas untuk mencermati gerak-gerik setiap orang yang berusaha mengacaukan jalannya aksi unjuk rasa. Karena bukan tak mungkin ada pihak-pihak lain yang menyusup ke barisan mahasiswa dan memprovokasi gerakannya, dan itu biasa terjadi dalam setiap aksi dimanapun berada.
Para mahasiswa menundukkan kepala dan berdo’a menurut agama dan kepercayaannya masing-masing. Sebentar kemudian spanduk putih dibentangkan dan meraka mulai berjalan melewati gerbang kampus sambil menyanyikan lagu-lagu perjuangan. Langkah mereka terhenti di pertigaan jalan karena ternyata aparat keamanan telah siaga menghadang mereka dengan seragam anti hura-hura lengkap dengan masing-masing pemukul dan sebagian siap dengan senjata di tangannya. Di barisan belakang pasukan anti huru-hara, truk Dalmas di parkir melintang jalan. Anwar berteriak lantang mengajak para aksi unjuk rasa untuk menerobos barisan barikade yang tak bergeming sedikitpun. Adnan berusaha bersikap kooperatif melakukan negosiasi dengan salah satu aparat untuk mengizinkan para pengunjuk rasa melintas jalan. Namun upayanya yang keras tak membuahkan hasil. Tiba-tiba seseorang melempar aparat dengan lemparan batu, diikuti oleh beberapa orang dari kerumunan peserta aksi unjuk rasa. Dodi dan beberapa kawannya yang melihat tindakan orang tersebut segera mendatangi dan menyeretnya keluar dari barisan para aksi. Mereka membawanya kehalaman kampus, kemudian memeriksa identitas orang-orang tersebut. Setelah dipastikan mereka bukan berasal dari kampusnya dan juga bukan seorang mahasiswa, Dodi menyerahkannya pada petugas keamanan kampus untuk kemudian ditindak lanjuti sebagaimana mestinya. Dodi mengambil pengeras suara yang dibawa Yanuar dan memberi komando pada kawan - kawan mahasiswa untuk memutar arah sesuai dengan rencana yang telah disepakati timnya. Beberapa jalan telah dipasang pagar penghalang sebagai blokade agar pengunjuk rasa tak melintasi jalan-jalan tersebut.
Matahari semakin meninggi ketika rombongan pengunjuk rasa mulai memasuki jalanan menuju lapangan gazebo. Baik Yori, Rhaka maupun Rendy tak mengira jika jumlah pengunjuk rasa akan sebanyak yang mereka saksikan saat ini, setelah di beberapa persimpangan jalan meraka bertemu para pengunjuk rasa lainnya dan bergabung menjadi satu barisan. Sementara dari arah berlawanan sekelompok pengunjuk rasa meneriakkan tuntutannya yang kedengarannya tak jauh berbeda dengan apa yang disuarakan kawan - kawan mahasiswa lainnya. Rendy dan Yori nampak kaget melihat seseorang yang berjalan di barisan depan kelompok para pengunjuk rasa tersebut. Ia mengenali wajah dalam barisan kelompok itu. Ternyata Rustam, mahasiswa fakultas teknik dari kampus yang sama dengannya. Namun mereka heran mengapa ia mengenakan jaket almamater kampus lain, sedangkan setahu Rendy dan Yori ia masih aktif sebagai mahasiswa di kampus tempat ia kuliah. Para pengunjuk rasa yang datang bersamanya pun tak terlihat seperti mahasiswa pada umumnya. Sebagian dari mereka berbadan tegap dan berambut cepak, sebagian lagi berpakaian seperti berandal yang biasa nongkrong di pasar-pasar atau terminal angkutan umum. Yori dan Rendy saling berpandangan sejenak. Ia merasa ada gelagat kurang baik yang akan terjadi. Rhaka kebetulan juga melihat orang yang telah membuatnya babak belur beberapa waktu silam, kemudian ia menghampiri Yori dan Rendy. Ia meminta Yori untuk memperingatkan kawan - kawan agar tak terpancing dengan gerakan kelompok pengunjuk rasa tersebut. Dan kekhawatiran Rhaka pun menjadi kenyataan ketika kawan - kawan mahasiswa berusaha menerosbos masuk pintu pagar halaman kantor gedung sate, dari arah belakang Rustam dan kelompok aksinya meneriakkan tuntutan yang sama sekali berbeda dengan agenda tuntutan kawan - kawan mahasiswanya. Ia dan kelompok aksinya menuntut agar gubernur turun dari jabatannya, samar-samar terdengar pula beberapa pengunjuk rasa memaki-maki Presiden dan memintanya untuk meletakkan jabatan. Suasana pun menjadi tak terkendali ketika tiba-tiba dari arah belakang kelompok pengunjuk rasa melempari petugas Satpol PP dan aparat kepolisian dengan lemparan batu secara bertubi-tubi. Beberapa kawan mahasiswa/i dan aparat keamanan mengaduh kesakitan karena terkena lemparan tersebut. Darah segar mengucur di wajah Yanuar saat sebongkah batu tepat mengenai bagian kepalanya. Yori meminta Dodi untuk membawa Yanuar dan beberapa teman lainnya yang terkena lemparan batu menjauh dari tempat. Barisan pengunjuk rasa membubarkan diri dan lari menyelamatkan diri ketika aparat keamanan bertindak diluar perkiraan mereka sebelumnya. Beberapa kali letusan senjata api terdengar di antara teriakan para pengunjuk rasa yang menjerit kesakitan karena terkena pukulan rotan dan lemparan batu. Rendy yang telah mempersiapkan kemungkinan tersebut memberi isyarat pada kawan - kawan yang menunggu di sekitar lapangan gazebo untuk bertindak. Aksi unjuk rasa pun kini beralih menjadi perkelahian antar kelompok sesama pengunjuk rasa. Yori menarik lengan Rhaka dan Rendy ketika sebongkah kayu hampir saja menghantam kepala mereka dari arah belakang. Rendy menggerakkan kaki menerjang seseorang yang berusaha melukainya. Kemudian Yori memukulkan tinjunya tepat ke wajah orang tersebut. Rhaka menggeser tubuhnya ke samping ketika seorang lelaki berusaha menghantamkan balok kayu ke arahnya. Kemudian mengangkat kaki dan membenturkan lutut ke bagian tubuh orang yang menyerangnya. Ternyata lelaki itu Rustam, yang entah dari mana datangnya tiba-tiba telah berada di sekitarnya. Tak ingin memberi kesempatan untuk menyerang, Rhaka menendang wajah Rustam yang masih memegangi bagian selangkangannya, mendaratkan tinju dengan kedua tangan bergantian ke wajah dan perut Rustam. Yori dan Rendy yang berada tak jauh darinya turut melayangkan tinju dan terjangan kaki kearah Rustam, setelah meninggalkan seseorang yang tergeletak di jalan.
Karena kelelahahan setelah beralarian cukup jauh, Rhaka menghentikan langkahnya. Sambil membungkukkan badan dan memegang kedua pahanya, Rhaka memutar pandangan mata untuk memastikan tak ada yang mengejarnya. Adnan dan Anwar setengah berlari menghampiri Rhaka yang tengah mengatur nafas. Anwar menoleh kebelakang, kemudian melemparkan pandangan matanya ke setiap penjuru mencari temannya. Keningnya berkerut, keringat bercucuran membasahi wajahnya. Anwar coba menanyakan kemana Yori dan Rendy pergi saat kerusuhan terjadi. Dengan nafas masih terengah-engah Adnan melancarkan beberapa pertanyaan mengenai kelompok pengunjuk rasa yang melempari kawan - kawan dan aparat yang menghalanginya untuk menerobos masuk pintu gerbang gedung sate. Rhaka menggelengkan kepala, kemudian menyeka peluh di wajah dengan kain bandana yang terselip di saku belakang celana.
“Saat ini aku tak bisa memberitahumu apa yang terjadi. Aku sarankan untuk beberapa hari ini kita tak saling bertemu dulu, dan sebaiknya kita tak datang ke kampus sampai situasi membaik. Aku akan coba mencari Yori dan Rendy untuk memastikan kita tak menjadi target sasaran kejaran aparat kepolisian”.
Rhaka menarik nafas panjang sambil duduk dengan kedua kaki terlentang di tanah. Ia pegangi kaki kanannya yang mulai terasa sakit. Rhaka baru menyadari ketika Anwar memberitahu bahwa ada darah yang menempel dan menetaes dari celanaya. Kemudian ia menarik keatas kain celana hingga ke batas lutut. Rupanya saat ia berusaha melarikan diri dari kejaran aparat, salah satu peluru yang di muntahkan petugas mengenai kakinya. Masih beruntung baginya peluru yang mengenainya mungkin hanya peluru karet. Jika peluru tajam bersarang dikakinya mungkin ia tak akan sangup berlari sejauh itu. Rhaka meminta Adnan mengikatkan kain bandana yang dibawanya ke bagian luka untuk menutupinya. Kadir dan Andi yang melihat keberadaan mereka disana mendatanginya secara tergesa, kemudian mengabarkan bahwa ia mendengar dua orang pengunjuk rasa dari pihaknya terkena tembakan peluru aparat. Benak Rhaka langsung tertuju pada Yori dan Rendy, yang ketika menghindari kejaran aparat lari berpencar hingga mereka terpisah.
Andi memberitahu Rhaka bahwa mereka kini di bawa ke rumah sakit. Kontan saja Rhaka merasa tenang mendengar penuturan Andi. Ia tahu Yori dan Rendy tak akan pergi atau mau di bawa kesana dengan luka seperti itu. Begitupun denganya, ia tak akan pergi kesana untuk mengurus lukanya. Setelah berbincang beberapa saat lamanya, Rhaka memutuskan pergi menjauh dari tempat tersebut sebelum seseorang mencurigainya dan melaporkan keberadaan mereka.
Rhaka menarik nafas panjang sambil duduk dengan kedua kaki terlentang di tanah. Ia pegangi kaki kanannya yang mulai terasa sakit. Rhaka baru menyadari ketika Anwar memberitahu bahwa ada darah yang menempel dan menetaes dari celanaya. Kemudian ia menarik keatas kain celana hingga ke batas lutut. Rupanya saat ia berusaha melarikan diri dari kejaran aparat, salah satu peluru yang di muntahkan petugas mengenai kakinya. Masih beruntung baginya peluru yang mengenainya mungkin hanya peluru karet. Jika peluru tajam bersarang dikakinya mungkin ia tak akan sangup berlari sejauh itu. Rhaka meminta Adnan mengikatkan kain bandana yang dibawanya ke bagian luka untuk menutupinya. Kadir dan Andi yang melihat keberadaan mereka disana mendatanginya secara tergesa, kemudian mengabarkan bahwa ia mendengar dua orang pengunjuk rasa dari pihaknya terkena tembakan peluru aparat. Benak Rhaka langsung tertuju pada Yori dan Rendy, yang ketika menghindari kejaran aparat lari berpencar hingga mereka terpisah.
Andi memberitahu Rhaka bahwa mereka kini di bawa ke rumah sakit. Kontan saja Rhaka merasa tenang mendengar penuturan Andi. Ia tahu Yori dan Rendy tak akan pergi atau mau di bawa kesana dengan luka seperti itu. Begitupun denganya, ia tak akan pergi kesana untuk mengurus lukanya. Setelah berbincang beberapa saat lamanya, Rhaka memutuskan pergi menjauh dari tempat tersebut sebelum seseorang mencurigainya dan melaporkan keberadaan mereka.
Suasana Komplek Perumahan Angkatan Darat saat itu terlihat lengang dan sepi. Hanya beberapa pembantu rumah tangga yang tampak sedang membersihkan halaman rumah dan mengasuh anak majikannya. Rhaka mengetuk pintu sebuah rumah yang sedikit terbuka, menandakan penghuni tengah berada di tempat. Seorang lelaki datang menghampiri dan membukakan pintu untuknya. Belly tampak kaget mengetahui siapa yang berada di hadapannya. Tanpa pikir panjang ia mempersilahkan masuk sambil memapah Rhaka munuju sofa di ruang tengah. Ia berjalan ke dapur untuk memasak air, mengambil gelas serta sebotol minuman dingin, kemudian menuangkan dan menyodorkannya pada Rhaka. Belly tahu bahwa tadi siang mahasiswa di kampusnya melakukan aksi unjuk rasa. Ia pun menerima selebaran yang dibagikan salah seorang mahasiswa yang isinya antara lain mengenai tuntutan terhadap pemerintah untuk meninjau kembali rencana pembangunan gedung di kawasan berpenduduk padat itu. Rhaka menyampaikan rasa terima kasihnya pada Belly yang telah bersedia menerima kedatangannya . Hanya dialah yang terlintas dalam benaknya untuk dimintai pertolongan. Ia tahu Belly hanya tinggal sendirian di rumah, sementara kedua orang tuanya berada jauh di seberang pulau karena tugas yang diberikan para petingginya.
“Aku sudah menyiapkan air hangat untukmu, dan sebaiknya kau pergi mandi dulu. Kau pakai saja handuk yang tergantung di kamar mandi. Sementara itu aku akan ke luar rumah sebentar membeli sesuatu untuk mengobati lukamu. Aku belum sempat mengisi kembali kotak obat di rumahku. Oh ya, kau pakai ini untuk berganti pakaian, mudah-mudahan cukup”.
Belly menyodorkan baju dan celana pada Rhaka.
“Anggap saja seperti di rumahmu sendiri Ka”.
Sambung Belly sambil bergegas pergi. Rhaka beranjak dari sofa menuju kamar mandi, sementara Belly menyiapkan sepeda motor di garasi setelah sebelumnya menutup pintu rumahnya.
Belly menyodorkan baju dan celana pada Rhaka.
“Anggap saja seperti di rumahmu sendiri Ka”.
Sambung Belly sambil bergegas pergi. Rhaka beranjak dari sofa menuju kamar mandi, sementara Belly menyiapkan sepeda motor di garasi setelah sebelumnya menutup pintu rumahnya.
Hujan turun rintik-rintik disertai hembusan angin menerpa pepohonan di sekitar komplek perumahan. Gemericiknya memberi suasana kesejukan pada penghuni rumah yang tengah melepas lelah setelah seharian beraktivitas. Belly membuka bungkus nasi yang ia beli di rumah makan terdekat, kemudian memulai obrolan. Rhaka menceritakan peristiwa yang dia alami bersama kawan kawan - kawannya hingga akhirnya ia memutuskan untuk datang ke tempat Belly saat ini. Rhaka tak tahu dimana Yori dan Rendy kini berada, karena setelah berpencar sampai ia berada di kediaman Belly saat ini, ia belum mendapatkan informasi mengenai keberadaan mereka. Rhaka memohon pada Belly agar ia bersedia menolongnya dengan membiarkannya tinggal untuk beberapa hari di rumahnya sampai luka di kakinya sembuh. Ia minta agar Belly tak memberitahukan pada siapapun mengenai keberadaannya di sini untuk menghindari hal-hal yang tak di inginkan. Rhaka pun berjanji tak akan melibatkan Belly dalam persoalan ini setelah ia pergi dari rumahnya. Belly menatap sahabatnya, kemudian mengangguk perlahan, lalu ia coba menenangkan Rhaka agar tak mengkhawatirkan keadaan saat ini.
“Kau bisa tinggal disini sampai keadaan kembali membaik. Aku akan berusaha mencarikan informasi mengenai keberadaan teman yang kau sebutkan tadi, juga perkembangan lain mengenai hal-hal yang berhubungan dengan peristiwa unjuk rasa tadi siang”.
Rhaka menjabat tangan Belly erat-erat. Untuk kesekian kalinya ia menyampaikan rasa terima kasihnya atas pertolongan Belly padanya. Ia berjanji tak akan melupakan kebaikan yang telah Belly berikan padanya sampai kapanpun.
Rhaka menjabat tangan Belly erat-erat. Untuk kesekian kalinya ia menyampaikan rasa terima kasihnya atas pertolongan Belly padanya. Ia berjanji tak akan melupakan kebaikan yang telah Belly berikan padanya sampai kapanpun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar